Jumat, 22 Juni 2012

Konsepsi Kebutuhan Air : Batasan Dan Cara Perhitungannya

A.    PENDAHULUAN

Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup baik untuk memenui kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami. Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Air dibumi sekitar 95,1% adalah air asin sedangkan 4,9% berupa airtawar, hal ini tentu saja menjadi perhatian yang sangat penting mengingat keberadaan air yang bisa dimanfaatkan terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas sehingga perlu suatu pengelolaan yang baik agar air dapat dimanfaatkan secara lestari.
Pemanfaatan air tentu akan sangat berkaitan dengan ketersediaan dan jenis pemanfaatan seperti pemanfaatan air untuk irigasi, perikanan, peternakan, industry dan lainnya. Adanya berbagai kepentingan dalam pemanfaatan air dapat menimbulkan terjadinya konflik baik dalam penggunaan airnya maupun cara memperolehnya.  Seiring dengan bertambahnya penduduk maka persaingan untuk mendapatlkan air untuk berbagai macam kepentingan pun terus meningkat.
Konsep mengenai ketersediaan dan kebutuhan air perlu dipahami dengan baik agar pola penggunaan air atau manajemen dapat baik pula sehingga hal-hal negative seperti krisis air, banjir, kekeringan maupun dampak-dampak lainnya setidaknya dapat direduksi. Banyaknya kasus-kasus degradasi sumberdaya air seperti intrusi air laut oleh pengambilan yang berlebihan melebihi batas aman, pencemaran airtanah maupun air permukaan disebabkan oleh pemanfaatan air yang tidak berwawasan lingkungan yang cenderung mengedapankan kebutuhan saja tanpa mempertimbangkan ketersediaannya. Untuk itu, evaluasi sumberdaya air sangat penting dilakukan agar semua potensi air yang ada dapat diinventarisasi dan dihitung ketersediaannya dan juga menghitung kebutuhan air sehingga dapat diupayakan sebuah rencana yang ideal agar kebutuhan manusia terpenuhi dan ketersesiaan air tetap terjaga

  KONSEPSI
a.    Kebutuhan air domestik
Air akan sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup dan aktivitas manusia  (Jasrotia dkk, 2009). Kebutuhan air domestik dihitung  berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto,2008). Standar kebutuhan air domestik adalah dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002.

Tabel 1 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.


Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.


Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006.


dimana :
Q (DMI)     = kebutuhan air untuk kebutuhan domestik (m³/tahun)
q(u)             = konsumsi air pada daerah perkotaan (liter/kapita/hari)
q(r)              = konsumsi air daerah pedesaan (liter/kapita/hari)
P(u)             = jumlah penduduk kota
P(r)              = jumlah penduduk pedesaan

Kebutuhan air domestik akan dipengaruhi juga oleh pola konsumsinya seperti penduduk kota menggunakan air lebih banyak dibandingkan penduduk desa. Berdasarkan SNI tahun 2002 tentang sumberdaya air penduduk kota membutuhkan 120L/hari/kapita, sedang penduduk pedesaan memerlukan 60L/hari/kapita. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat diformulasikan kebutuhan air penduduk desa maupun kota (SNI, 2002).
Kebutuhan air penduduk pedesaan = penduduk x 365 x 60 L = ………. L/Tahun.
Kebutuhan air penduduk perkotaan = penduduk x 365 x 120 L = ………. L/Tahun.

b.    Kebutuhan air irigasi
Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga keseimbangan air dan kepentingan pertanian (Suhardjono, 1994 dalam Gunawan, 2008). Air sangat dibuthkan untuk produksi pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasl pertannian pn akan terpengaruh (Sutawan, 2001). Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air permukaan atau sungai. Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti perikanan atau peternakan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002). Untuk menghitung kebutuhan.


keterangan :
IG       = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR       = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW     = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P          = perkolasi (mm/hari),
ER      = hujan efektif (mm/hari),
EI        = efisiensi irigasi (-),
A         = luas areal irigasi (m2).

Kebutuhan air konsumtif
Kebutuhan air konsumsi memiliki makna bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

dengan:
Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Eto     = evapotranspirasi (mm/hari),
kc       = koefisien tanaman.
Evapotranspirasi dapat dihitung menggunakan metode Penman sedangkan koefisien tanaman dapat melihat panduan dari FAO yang ada dalam standar irigasi.

Tabel 2 Koefisien Tanaman, kc

Sumber: Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditentukan oleh kebutuhan maksimum irigasi. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah (1) lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan, dan (2) jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Perhitungan kebutuhan air yang digunakan didasarkan dari penelitian van de Goor dan Zijlstra (1968) (dalam Direktorat Pengairan Irigasi, 2006).

keterangan :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari),
M = kebutuhan air untuk menganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan,= Eo + P, Eo = 1,1 x Eto; P = Perkolasi (mm/hari),
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari) dan k = M x (T/S),
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm.
Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setalah transplantasi, yaitu sebesar 50 mm serta kebutuhan untuk persemaian.

c.    Kebutuhan air untuk perikanan
Aspek perikanan merupakan kegiatan yang banyak sekali menggunakan air karena tentu untuk menggenagi kolam budidaya ikan diperlukan air dalam volume besar agar tercipta tempat hidup yang cocok untuk perkembangan ikan. Kebutuhan ini dimaksudkan pada saat awal tanam dan pergantian air (Heru, 1986). Setiap jenis budidaya ikan akan berbeda pola penggunaan airnya, misalnya untuk ikan lele dumbo memerlukan 1x dalam sebulan sedangkan ikan gurame perlu 1 minggu sekali (SNI, 2002). Menurut Sri Najiyanti (1992) (dalam SNI, 2002) menjelaskan bahwa air yang diganti adalah kurang lebih sepertiga tinggi genangan kolam atau  7 mm/hari/ha.


keterangan :
Q(FP)      = Kebutuhan air untuk perikanan (m3/hari),
q(f)     = Kebutuhan air untuk pembilasan (mm/hari/ha),
A(FP)     = Luas kolam ikan (ha).

d.    Kebutuhan air untuk peternakan
Bidang peternakan juga membutuhkan air untuk minum ternak,. Cara yang mudah untuk menghitung kebutuhan air ternak adalah menghitung jumlah ternak dan mengalikan dengan kebutuhan airnya (Yulistyanto dan Kironoto,2008). Jenis ternak yang berbeda memiliki kebutuhan air yang berbeda pula. Standar yang digunakan untuk menghitung kebutuhan setiap ternak adalah dari SNI 2002 yang didasarkan pada hasil penelitian tentang sumberdaya air nasional tahun 1992. Besar kecilnya peternakan akan berpengaruh juga terhadap kebutuhan airnya seperti peternakan skala besar dengan jumlah ternak yang banyak dan jenisnya sapi, maka konsumsi air akan lebih besar dibandingkan dengan  jumlah ternak babi.yang sama, Jenis ternak juga memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan air


dimana :
Q(L)     : Kebutuhan air untuk ternak (m³/tahun)
q(c/b)     : Kebutuhan air untuk sapi/kerbau (liter/ekor/hari)
q(s/g)    : Kebutuhan air untuk Domba/Kambing (liter/ekor/hari)
q(pi)    : Kebutuhan air untuk babi (liter/ekor/hari)
q(po)     : Kebutuhan air untuk unggas (liter/ekor/hari)
P(c/b)     : Jumlah sapi/kerbau
P(s/g)     : Jumlah domba/kambing
P(pi)     : Jumlah babi
P(po)     : Jumlah unggas

Tabel 3. Unit kebutuhan air untuk peternakan

Sumber: Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992 dalam SNI, 2002

e.    Kebutuhan air untuk Industri
Kebutuhan air untuk industry merupakan kebtuhan untuk kegiatan produksi meliputi bahan baku, pekerja, industry dan kebutuhan pendukung industry lainnya (Gunawan, 2008). Menurut  Erwan dkk (1996) dalam SNI 2002, untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air industry diperlukan kuesioner dan wawancara langsung, namun jika datanya terbatas maka prediksi penggunaan air dapat menggunakan standar dari Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. Besar kebutuhan rata-ratanya adalah 2.000 lt/unit/hari atau 500 lt/hari/karyawan (Nippon Koei, 1995 dalam SNI, 2002).
Tabel 4. Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses Industri

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.

Proyeksi kebutuhan air industri sangat kompleks dengan segala faktor-faktor yang ikut mendukungnya. Semakin besar suatu industri maka pemanfaatan air akan semakin banyak, hal ini juga dipengeruhi oleh jenis industri yang diusahakan misalnya industri sedang minuman ringan lebih kecil kebutuhannya dibandingkan industri besar minuman ringan.

Tabel 5 Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2002

C.    KESIMPULAN
Air merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Adanya pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal serta berwawasan lingkungan diharapkan kebutuhan manusia dapat terpenuhi tanpa mengganggu kesimbangan alam dan ketersediaan air terjaga sehingga air dapat dimanfaatkan secara lestari. Ketersediaan akan berbenturan dengan kebutuhan, maka selayaknya fungsi manajemen kebutuhan sangat penting untuk dilakukan sperti dalam manajemen air untuk irigasi, industry, peternakan, irigasi, perikanan serta pemanfaatan lain yang juga harus diperhatikan.

D.    DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air spasial .Standar Nasional Indonesia, SNI 19-6728.1-2002

Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006.  Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa. Laporan Akhir: Jakarta

Gunawan, Randi.2008. Analisis Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai Bah Bolon Sebagai Sarana Pendukung Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun Dan Asahan. Wahana Hijau Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Vol. 2 No. 1 Agustus 2008.

Jasrotia,A. S, Abinash Majhi, Sunil Singh. 2009. Water Balance Approach for Rainwater Harvesting using Remote Sensing and GIS Techniques, Jammu Himalaya, India. Water Resour Manage (2009) 23:3035–3055 .DOI 10.1007/s11269-009-9422-5

Sutawan, Nyoman . 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Pertanian Berkelanjutan Masalah Dan Saran Kebijaksanaan. Seminar ”Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Tanah dan Air yang Tersedia untuk Keberlanjutan Pembangunan, Khususnya Sektor Pertanian”,  Fakultas Pertanian Universitas Udayana pada tanggal 28 April 2001

Yulistiyanto, Bambang dan Kironoto, BA. 2008. Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air Pada WS Paguyaman dengan RIBASIM. Media Teknik No 2 Tahun XXX Edisi Mei 2008 ISSN 0216-3012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar